Laporan: Aji Hendro
Kawasan urban farming di Jalan Juanda, Kecamatan Sukmajaya, menghasilkan 14 ton cabai saat panen raya.
Dandim 0508/Depok, Kolonel Inf Iman Widhiarto kepada wartawan mengatakan, cabai yang dihasilkan pada saat ini sekira 14 ton. Kemudian akan dijual dengan harga miring dibawah pasaran, yakni sekira Rp 23 ribuan per kilo.
“Insya Allah ini dapat meredam inflasi, jadi tidak hanya sekedar kita inspeksi pasar, tapi tidak ada solusi,” katanya.
Dia menambahkan, gerakan urban farming ini awalnya melihat di Google Maps, ternyata itu ada rimbunan-rimbunan (lahan garapan).
“Setelah kami hunting dapat salah satunya di sini. Setelah ditelusuri, ternyata ini bagian dari lahan Kementerian PUPR sisa Jalan Tol Cijago. Nah di lokasi itu ternyata sudah ada komunitas yang berusaha memanfaatkannya, yaitu K3D. Namun saat itu kurang maksimal akhirnya di sini kami mencoba memanfaatkan, berkolaborasi,” ujarnya.
Menurutnya, langkah ini cukup efektif untuk menekan inflasi pangan, khususnya di tingkat lokal. Imam mengatakan, cabai yang dihasilkan pada saat ini sekira 14 ton. Kemudian akan dijual dengan harga miring dibawah pasaran, yakni sekira Rp 23 ribuan per kilo.
Dewan Pembina K3D, Pujo Dinomo alias Pakde Bowo menambahkan, awalnya ini adalah red zone (zona merah), dimana di lokasi itu tingkat kriminal tinggi.
“Nah seiring berjalannya waktu K3D merapihkan, dan membersihkan bangunan ilegal, segala macam yang telah dijadikan prostitusi, peredaran miras, sehingga ya dulu banyak begal,” ungkapnya.
Dikatakannya, menggarap lahan tidur menjadi area produktif juga disebabkan karena ancaman kekeringan akibat perubahan iklim atau siklus Gorila El Nino yang diprediksi akan terjadi pada tahun 2025.
“Nah akhirnya kami mulai untuk di ketahanan pangan. Alhamdulillah berjalan, memang awalnya enggak maksimal. Kemudian kami minta pendampingan dari TNI, khususnya Kodim 0508 Depok dan langsung dikerjakan secara bersama,” pungkasnya. n